HALAMANKANAN.COM, SAMARINDA – Kelangkaan dan naiknya harga pasaran gas elpiji 3kg di Samarinda direspon cepat DPRD Samarinda.
Ketua Komisi II DPRD Samarinda, Iswandi, menyatakan, pihaknya akan segera memanggil instansi terkait guna dimintai keterangan.
Langkah ini bertujuan untuk membahas permasalahan distribusi LPG 3 kilogram yang dinilai belum berjalan efektif di Samarinda.
Hal tersebut disampaikan Iswandi usai mengikuti rapat bersama perwakilan PT Pertamina Patra Niaga dan sejumlah pihak terkait di Kantor DPRD Samarinda, Kamis (6/2).
Menurut Iswandi, meskipun kuota distribusi LPG di Samarinda sebenarnya mencukupi, praktik distribusi yang tidak tepat sasaran serta panic buying menjadi pemicu kelangkaan gas subsidi di Samarinda.
“Kuota kita cukup, sekitar 29.405 metrik ton per tahun, atau setara dengan 9.801.000 tabung LPG 3 kg. Tapi masalahnya banyak orang yang tidak berhak justru mendapatkannya, sehingga orang-orang yang benar membutuhkan dan terlambat tidak kebagian,” ujarnya.
Iswandi menyebut salah satu penyebab kekacauan distribusi adalah kebijakan larangan penjualan LPG oleh pengecer yang sempat diberlakukan sejak 1 Februari 2025 sesuai aturan dari Kementerian ESDM.
Aturan itu yang membuat gaduh. Untungnya sudah dicabut sementara oleh Presiden pada 3 Februari.
“Jadi sebenarnya distribusi normal, hanya ada panic buying yang membuat situasi kacau,” jelasnya.
Selain itu, ia menyoroti praktik pangkalan yang kurang memanfaatkan data KTP warga secara optimal.
Pangkalan seharusnya mendistribusikan gas sesuai KTP yang terdata, namun berdasarkan laporan dari sejumlah masyarakat, hal ini justru jarang dilakukan.
“Ini yang nanti juga akan kami cek kembali,” tambah Iswandi.
Iswandi juga menyoroti penggunaan LPG subsidi oleh pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang tidak sesuai aturan.
Lebih lanjut, Ia menyarankan mekanisme distribusi baru yang lebih terstruktur. Salah satu usulan yang mengemuka adalah penempatan pangkalan gas per lima RT agar warga tidak perlu mencari LPG ke kecamatan lain.
“Tindak lanjutnya sesegera mungkin kita koordinasikan lagi dengan dinas terkait untuk solusinya seperti apa. Karena juga ada ditemukan dipangkalan yang dijual kembali, sementara pengecer hanya mendapat untung kecil sekitar Rp5 ribu per tabung. Masalahnya justru yang membawa tabung besar-besaran itu yang menikmati untung lebih besar,” pungkasnya. ADV
Comment